SUBHANALLAH .!! INILAH PAHALA BESAR YANG DITERIMA OLEH SUAMI UNTUK SETIAP NAFKAH YANG DIBERIKAN KEPADA ISTRINYA...WAJIB BACA.!!! MARI KITA BAGIKAN AGAR PARA SUAMI TAHU.!

loading...

Ketika memutuskan menikah, maka seorang pria harus siap dengan tanggung jawab untuk memberikan nafkah pada istrinya. Mereka berkewajiban memastikan kebutuhan wanita yang dinikahinya ini tercukupi dengan jalan bekerja keras setiap hari. 

  

Hal ini terkadang menjadi salah satu momok menakutkan ketika pria akan mengambil keputusan untuk berkeluarga. Pengalaman susahnya mengatur hidup sendiri, membuat pria berpikir berulang kali untuk hidup berdua. Terlebih jika sudah memiliki momongan, maka tanggungjawab akan semakin besar. 

  

Namun bila mengacu pada ajaran Islam, memberi nafkah istri tidak sekedar memastikan bahwa mereka dapat makan dan melanjutkan hidup saja. Lebih dari itu, tindakan ini adalah sebuah ibadah dan memiliki pahala yang amat besar. Setiap kali memberikan istri nafkah, maka suami akan memperoleh pahala. Seperti apa? Berikut penjelasannya. . .

Memberi nafkah istri yaitu wajib. Rasulullah SAW bersabda dalam satu hadist yang diriwayatkan Muslim :   

 " Bertaqwalah kalian dalam masalah wanita. Sesungguhnya mereka ibarat tawanan di sisi kalian. Kalian ambil mereka dengan amanah Allah dan kalian halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Mereka memiliki hak untuk mendapatkan rezki dan pakaian dari kalian ". HR Muslim 

Pahala ketika memberi nafkah pada istri lebih besar bila dibandingkan pahala saat memberikan harta untuk perjuangan agama Islam. Rasulullah SAW bersabda bahwa, “Satu dinar yang engkau belanjakan untuk perang di jalan Allah SWT dan satu dinar yang engkau belanjakan untuk istrimu, maka yang paling besar pahalanya adalah apa yang engkau berikan pada istrimu. ” (HR. Bukhari-Muslim) 

Dari semua jenis sedekah, ternyata yang memiliki pahala paling besar yaitu memberi nafkah keluarga. Mulai dari infak di jalan Allah, membebaskan budak, sedekah orang miskin, maka yang dijanjikan pahala paling besar yaitu saat memberikan untuk keluarga. 

  

 " Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan untuk membebaskan budak, dinar yang engkau sedekahkan pada orang miskin, dan dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, pahala yang paling besar yaitu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu " HR Muslim, Ahmad 

Namun, dengan hal tersebut bukan dan merta istri bisa menuntut nafkah yang banyak pada suaminya. Akan tetapi disesuaikan dengan keadaan umum yang di terima kalangan para isteri di negeri mereka, tanpa berlebih-lebihan ataupun pelit, sesuai dengan kesanggupannya dalam keadaan mudah, susah ataupun pertengahan 

 " Dan hendaklah anda berikan suatu pemberian pada mereka. Orang yang dapat sesuai sama kemampuannya dan orang yang miskin sesuai dengan kemampuannya pula, yaitu pemberian menurut yang patut " 

Al Baqarah : 236. 

Lalu kapan seorang pria berkewajiban memberiikan nafkah pada istri? Para ulama berpendapat, tanggungjawan memberikan nafkah pada istri dibebankan setelah berlangsungnya ijab qabul, meskipun istri masih tinggal di rumah orangtuanya dan belum tinggal bersama suami. 

  

Dasar pendapat mereka, di antara konsekuensi dari akad yang sah, adalah sang isteri menjadi tawanan untuk suaminya. Dan jika isteri menolak berpindah ke rumah suaminya tanpa ada udzur syar’i setelah suaminya memintanya, maka ia tidak berhak mendapat nafkah karena isteri sudah berbuat durhaka (nusyuz) pada suaminya dengan menolak permintaan suaminya tersebut . 

  

Meski nantinya istri akan bekerja diluar rumah dan mendapatkan penghasilan sendiri, namun tidak membuat kewajiban suami ini hilang begitu saja. Istri yang bekerja dengan izin suami, harus tetap di beri nafkah. Namun jika mereka bekerja tanpa mendapat izin dari suaminya, jadi ia tidak berhak mendapatkan nafkah. 

Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar menjelaskan tentang alasan, kenapa isteri yang bekerja di luar rumah tanpa persetujuan suami tidak berhak tidak memperoleh nafkah, ”Pendapat yang benar yaitu, wanita yang bekerja tidak berhak mendapat nafkah. Karena suami dapat mencegahnya dari bekerja dan keluar dari rumah (dengan mencukupi nafkahnya), dan (menetapnya isteri di rumah suami) merupakan hak suaminya.

  

Kewajiban suami memberi nafkah pada isteri disebabkan karena status isteri yang menjadi tawanan suaminya dan ia harus meluangkan waktunya untuk suaminya. Bila sang isteri bekerja (tanpa izin suaminya) dan mendapatkan uang, jadi sebab yang menjadikan suami harus memberi nafkah kepadanya sudah gugur. ” Ahkamuz Zawaj, hlm. 282 

Walau dengan kewajiban demikian besar, masih ada saja suami yang tidak bertanggungjawab memberi nafkah istri. Atau harta yang mereka dapatkan mereka taruh tanpa sepengetahuan istri, sesaat istri, harus susah payah membagi uang belanja yang tidak cukup. Tentang suami yang bakhil ini, sudah datang banyak nash yang memuat ancaman baginya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya sebagai berikut. 

  

 " Cukuplah sebagai dosa untuk suami yang menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya. " HR Muslim. 

Selain itu, Rasulullah juga sabda yang artinya : 

 " Tidaklah para hamba ada dalam waktu pagi, tetapi ada dua malaikat yang turun. Salah satu dari mereka berdoa, ”Ya, Allah. Berikanlah pada orang yang menafkahkan hartanya balasan yang lebih baik, ” sedangkan malaikat yang lain berdoa, ”Ya, Allah. Berikanlah kebinasaan pada orang yang menahan hartanya (tidak mau menafkahkannya). Muttafaqun ‘alaihi 

Dengan pahala yang demikian besar dan ancaman yang tidak main-main, seharusnya bikin para suami berfikir lagi untuk tidak menafkahi istri atau bersikap pelit pada mereka. Karena sebenarnya, istri lah salah satu sebab Allah melancarkan rezeki suami. Karena dalam rezeki yang Allah beri pada suami, selalu ada doa sang istri. Semoga artikel ini bermanfaat. . .

sumber: http://www.redaksione.com/

Tweet