Awas ! Menunda-Nunda Membayar Hutang, Perbuatan yang Sangat di Benci Allah

loading...
Mengulas hutang telah hal yang umum di kerjakan manusia, keperluan yang makin banyak namun kita tidak dapat penuhi lantaran kekurangan finansial bikin kita untuk berhutang. 


Dalam kesempatan ini kita mengulas Hukum Menahan-nahan Membayar Hutang, lantaran diantara kita, saat berhutang kadang-kadang tunda – nunda untuk membayar nya. Atau saat di tagih sulit sekali untuk membayar. walau sebenarnya membayar hutang satu hal yang harus untuk kita.
 Barangsiapa dapat membayar hutang jadi diharamkan baginya menahan-nahan hutang yg harus dia lunasi bila telah jatuh tempo. Hal semacam itu didasarkan pd apa yg diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana beliau bersabda.

“Artinya : Penundaan pembayaran hutang oleh beberapa orang yg dapat adl suatu hal kezhaliman. Apabila salah seseorang di antara kalian diikutkan (hutangnya dipindahkan) kpd orang yg dapat, jadi sebaiknya dia mengikutinya“

Oleh karenanya, barangsiapa mempunyai hutang, jadi sebaiknya dia selekasnya membayar hak beberapa orang yg harus dia tunaikan. Dan sebaiknya dia bertakwa kpd Allah dalam hal itu sebelumnya maut menjemputnya dgn mendadak, sesaat dia masihlah bergantung pd hutangnya.


Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta di tanya : Ada seseorang Yamani yg mempunyai satu toko di dekat tempat tinggal saya. Dan saya umum mengambil barang darinya dgn langkah berhutang yg senantiasa saya lunasi lalu. Namun, saya masihlah miliki hutang kepadanya 40 riyal. Serta orang itu lalu geser & saya tdk tahu sekalipun alamatnya saat ini, & tdk juga mengetahui kerabatnya, lantas apa yg mesti saya perbuat dgn 40 riyal ini?

Lalu beliau menjawab

Duit beberapa 40 riyal itu masihlah jadi hutang untuk anda. Sesungguhnya, beberapa orang Yaman kerap melancong ke Kerajaan Saudi Arabia & kembali pada ke negeri mereka. Hingga begitu terbuka peluang utk dpt menjumpai pemiliki toko itu. Apabila anda telah berputus harapan dari usaha menemuinya atau tahu rumahnya, jadi anda bisa menyedekahkan duit itu atas nama dianya. Lalu bila mendadak orang itu datang, jadi katakan tentang yg sesungguhnya padanya. Bila dia ridha dgn apa yg anda kerjakan jadi tdk ada permasalahan, & bila dia tdk ridha jadi anda mesti membayarkan duit itu. Serta pahala sedekah itu bakal jadi punya anda.

Kondisi orang yang wafat Masihlah mempunyai Hutang
Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam
bersabda,
مَن�' مَاتَ وَعَلَي�'هِ دِينَارٌ أَو�' دِر�'هَمٌ قُضِىَ مِن�' حَسَنَاتِهِ لَي�'سَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِر�'هَمٌ

“Barangsiapa yang mati dalam kondisi masihlah mempunyai hutang satu dinar atau satu dirham, jadi hutang itu bakal dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat kelak) lantaran disana (di akhirat) tak ada lagi dinar dan dirham. ” (HR. Ibnu Majah). Ibnu Majah juga membawakan hadits ini pada Bab “Peringatan keras tentang hutang. ”


Tersebut kondisi orang yang mati dalam kondisi masihlah membawa hutang serta belum juga dilunasi, jadi untuk membayarnya bakal di ambil dari pahala kebaikannya. Tersebut yang berlangsung saat hari kiamat lantaran disana tidak ada lagi dinar serta dirham untuk melunasi hutang itu.

dalam kisah yang lain Dari Salamah bin Al Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :

Kami duduk di segi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas dihadirkanlah satu jenazah. Lantas beliau ajukan pertanyaan, “Apakah dia mempunyai hutang? ” Mereka (beberapa teman dekat) menjawab, “Tidak ada. ” Lantas beliau menyampaikan, “Apakah dia meninggalkan suatu hal? ”. Lalu mereka (beberapa teman dekat) menjawab, “Tidak. ” Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolati jenazah itu.

Lalu dihadirkanlah jenazah yang lain. Lantas beberapa teman dekat berkata, “Wahai Rasulullah shalatkanlah dia! ” Lantas beliau ajukan pertanyaan, “Apakah dia mempunyai hutang? ” Mereka (beberapa teman dekat) menjawab, “Iya. ” Lantas beliau menyampaikan, “Apakah dia meninggalkan suatu hal? ” Lalu mereka (beberapa teman dekat) menjawab, “Ada, sejumlah 3 dinar. ” Lantas beliau mensholati jenazah itu.

Lalu dihadirkan lagi jenazah ketiga, lantas beberapa teman dekat berkata, “Shalatkanlah dia! ” Beliau ajukan pertanyaan, “Apakah dia meningalkan suatu hal? ” Mereka (beberapa teman dekat) menjawab, “Tidak ada. ” Lantas beliau ajukan pertanyaan, “Apakah dia mempunyai hutang? ” Mereka menjawab, “Ada tiga dinar. ” Beliau berkata, “Shalatkanlah teman dekat kalian ini. ” Lalu Abu Qotadah berkata, “Wahai Rasulullah, shalatkanlah dia. Agar saya saja yang memikul hutangnya. ” Lalu beliau juga menyolatinya. ” (HR. Bukhari no. 2289)

Sekian kajian mengenai Hukum Menahan-nahan Membayar Hutang, Sebaik-baik orang yaitu yang terbaik dalam membayar hutang. Saat dia dapat, dia segera melunasinya atau melunasi beberapanya dahulu bila dia tidak dapat melunasi semuanya. Sikap seperti berikut yang bakal menyebabkan jalinan baik pada orang yang berhutang serta yang berikan hutangan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ خِيَارَكُم�' أَح�'سَنُكُم�' قَضَاءً

“Sesungguhnya yang paling diantara kalian yaitu yang terbaik dalam membayar hutang. ” (HR. Bukhari no. 2393)

Wallahu a’lam Mudah-mudahan Info ini berguna untuk kita semuanya tolong bantu berbagi apabila anda perduli teman dekat yang lain.

Subscribe to receive free email updates:

Baca Juga :
loading...
loading...

0 Response to " Awas ! Menunda-Nunda Membayar Hutang, Perbuatan yang Sangat di Benci Allah "

Posting Komentar